Hamil merupakan masa – masa yang paling ditunggu setiap pasangan yang ingin segera memiliki anak. Hamil juga menjadi momen yang tidak mungkin terlupakan, pasalnya dalam menjalani kehamilan masing – masing ibu memiliki tantangannya sendiri – sendiri.
Seperti masalah mual, muntah, mudah lelah, dan lainnya. Terlebih lagi bagi ibu yang mengandung anak kembar, yang memiliki rIsiko atau komplikasi lebih besar dalam menjalani masa kehamilannya. Besarnya risiko atau komplikasi tergantung dari jumlah janin yang dikandung, semakin banyak jumlah janin maka risikonya akan semakin tinggi, dan memiliki treatment yang berbeda bagi sang ibu.
Kebutuhan nutrisi, asupan makanan, kalori, protein, vitamin dan mineral yang harus dipenuhi bagi ibu hamil kembar tentu saja menjadi lebih banyak ketimbang dengan hamil normal. Pasalnya, di dalam perut ibu terdapat dua janin yang membutuhkan asupan gizi yang cukup dan seimbang. Sehingga ibu perlu memerhatikan jumlah asupan yang masuk ke dalam tubuh dan memastikannya cukup untuk kebutuhan janin yang ada di dalamnya. Untuk kembar 2 konsumsi 3000 – 3500 kalori per hari, kembar tiga konsumsi 4000 kalori per hari dan konsumsi 4500 per hari untuk kembar 4.
Penelitian dari Hackensack University Medical Center di New Jersey mengatakan bahwa kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG) pada ibu hamil anak kembar lebih tinggi. Hormon HCG inilah yang menyebabkan mual muntah atau biasa dikenal dengan morning sickness. Tidak hanya itu, masalah seperti nyeri di bagian pinggang, sulit tidur, serta heartburn (perasaan panas atau terbakar pada bagian perut) lebih sering dialami oleh ibu hamil anak kembar.
Komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan kembar :
Abortus spontan, gejala awalnya adalah adanya perdarahan pervaginam di awal kehamilan. Pada kehamilan kembar, ada risiko peningkatan abortus spontan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.
Placenta previa, sering terjadi pada kehamilan kembar dikarenakan peningkatan ukuran dan jumlah placenta. Gejalanya terjadi perdarahan pervaginam yang terjadi di akhir kehamilan karena cervix sudah mulai melebar.
Anemia Defisiensi Besi, pada ibu yang mengandung bayi kembar risiko terjadinya anemia akan meningkat, sehingga ibu hamil membutuhkan asupan makanan yang mengandung besi lebih banyak dibandingkan ibu hamil tunggal, seperti daging merah dan hati, atau mengkonsumsi suplemen. Gejala-gejala yang dirasakan termasuk fatigue, kepala terasa melayang-layang, muka pucat, dan sesak nafas. Bila tidak segera ditangani, akan mengganggu pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko pada ibu hamil.
Pertumbuhan Janin Terhambat (IUGR/ Intrauterine Growth Restriction), merupakan komplikasi lain dari kehamilan kembar. Terjadi karena kurangnya asupan nutrisi, perfusi placenta yang jelek, dan faktor-faktor lainnya. Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar akan berbeda dengan janin pada kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar, salah satu janin bisa memperoleh nutrisi yang berlebih sementara janin lain akan kekurangan nutrisi sehingga akan tumbuh lebih lambat.
Kelahiran Prematur, yaitu kelahiran kurang dari 37 minggu usia kehamilan. Kemungkinan kelahiran premature pada bayi kembar dua sekitar 67,9%, pada kembar tiga sekitar 99% dan hampir semua lahir premature pada bayi kembar 4 atau lebih. Penyebabnya karena efek gravitas dan meningkatnya tekanan pada cervix karena bayi yang kembar. Bayi yang lahir premature akan meningkatkan risiko untuk perawatan di NICU dan komplikasi pada paru-paru.
Preeklampsia, merupakan risiko lain yang sering ditemukan pada ibu dengan kehamilan kembar, yang juga berkontribusi pada kelahiran premature. Preeklampsia terjadi 3 – 5 kali lebih sering pada kehamilan kembar. Preeclampsia terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu ditandai dengan peningkatan tekanan darah systole > 140 atau diastole > 90, dan ditemukannya proteinuria. Preeklampsia menyebabkan pembuluh darah menyempit yang bisa mengakibatkan stroke perdarahan. Preeclampsia juga bisamenyebabkan perubahan pada ginjal dan hati ibu, yang bila tidak segera ditangani akan berbahaya bagi kondisi ibu dan janin.
Diabetes gestasional, lebih sering terjadi pada kehamilan kembar. Merupakan metabolisme karbohidrat yang tidak normal selama kehamilan, ditandai dengan hiperglikemia. Sehingga harus dilakukan monitor terhadap kadar gula darah selama kehamilan.
Berat badan lahir rendah, kelahiran premature pada kehamilan kembar akan meningkatkan berat badan waktu lahir yang rendah. Pada kelahiran premature dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu, berat bayi kurang dari 2500 gram (5,5 pound). Pada kehamilan kembar, bayi akan tumbuh normal sampai uterus terlalu sesak atau kurangnya nutrisi untuk pertumbuhan bayi, sehingga pada kehamilan kembar, bayi akan memiliki berat yang lebih rendah dibandingkan dengan usia kehamilannya. Berat badan lahir rendah akan menyebabkan kematian dini 40 kali lipat dibandingkan bayi dengan berat badan lahir normal. Dan berat badan lahir rendah ini dihubungkan dengan gangguan perkembangan fisik dan psikologi anak, kecacatan saraf seperti cerebral palsy, dan rendahnya skor tes intelegensi serta perkembangan anak.
Penurunan perfusi uteroplacental, terjadi karena menurunnya aliran darah ke placenta yang mengakibatkan kurangnya perkembangan uterus dan placenta, dan mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi. Kondisi ini bisa disebabkan kelainan hipertensi, dehidrasi, diabetes gestasional, IUGR (yang semuanya sering terjadi pada kehamilan kembar), dan kehamilan kembar. Pada kondisi yang berat bisa menyebabkan kematian bayi dalam kandungan. Risiko kematian janin pada bayi kembar sekitar 0.92 per 1000 kehamilan, bila dibandingkan pada kehamilan tunggal sekitar 0,28 per 1000 kehamilan.
Twin-to-twin transfusion syndrome, suatu kondisi dimana darah dialirkan secara dari janin pemberi (donor) dengan janin penerima (resipien), sehingga janin donor akan mengalami kekurangan volume darah yang akan menimbulkan anemia dan pertumbuhan yang terganggu. Dan janin resipien akan mengalami kelebihan volume darah yang bisa mengakibatkan gagal jantung. Kondisi ini terjadi pada 15% kembar identik (diamniotic-monochorionic). Janin donor akan meningkatkan insidensi cerebral palsy dan gangguan perkembangan saraf.
Berdasarkan banyaknya risiko yang kemungkinan dialami ibu hamil kembar, seperti yang telah disebutkan di atas, maka sebaiknya kehamilan kembar dihindari apabila akan menjalani program bayi tabung. Hal ini dikarenakan kehamilan kembar memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan normal. Sehingga apabila terjadi kehamilan kembar harus dilakukan persiapan dan memonitor ibu hamil dan perkembangan bayi yang lebih intensif untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan sang calon buah hati kelak.