Pembekuan embrio (embryo freezing), atau sering disebut sebagai kriopreservasi embrio, merupakan sebuah prosedur canggih yang memungkinkan untuk menghentikan pertumbuhan sel-sel embrio melalui prosedur pembekuan.
Biasanya, prosedur ini dilakukan untuk menunda program bayi tabung atau sebagai cadangan embrio yang dapat digunakan pada program bayi tabung berikutnya.
Sebelum menjalani prosedur ini, pastikan Anda sudah memahami persiapan, prosedur, hingga efek samping dari pembekuan embrio ini.
Untuk lebih jelasnya, langsung saja kita bahas!
Baca Juga: Mengenal Transfer Embrio Beku dan Persiapannya
Pengertian Pembekuan Embrio (Embryo Freezing)
Prosedur pembekuan embrio pada dasarnya bekerja dengan mempertahankan kondisi embrio melalui teknik kriopreservasi. Dengan teknik ini, dokter bisa melakukan pembekuan dengan nitrogen cair yang bersuhu sangat rendah, sekitar -196 derajat celcius.
Pembekuan ini membantu menghentikan pertumbuhan sel, sehingga kondisi sel tetap stagnan namun terjaga. Kualitas embrio yang dibekukan akan terus terjaga sampai dicairkan kembali nantinya.
Prosedur ini akan dianjurkan kepada pasien yang mempunyai sejumlah indikasi, seperti pasien belum dalam kondisi prima untuk menerima implantasi embrio.
Apa Bedanya Pembekuan Embrio dan Pembekuan Sel Telur?
Ada banyak yang mengira bahwa prosedur ini sama dengan prosedur pembekuan sel telur. Padahal keduanya adalah prosedur medis yang berbeda.
Pembekuan sel telur bertujuan untuk menjaga kualitas sel telur wanita. Biasanya dilakukan ketika pasien wanita tersebut akan menjalani perawatan medis yang mempengaruhi kesuburannya, contohnya kemoterapi.
Dengan demikian, wanita tersebut masih bisa memiliki anak yang berasal dari sel telur yang dibekukan dan sperma dari pasangannya di masa depan.
Hal tersebut berbeda dengan pembekuan embrio. Pada pembekuan embrio, yang dibekukan adalah embrio dan bukan sel telur.
Embrio merupakan hasil dari proses pembuahan antara sperma dan sel telur. Oleh karenanya, embrio yang dibekukan bisa langsung ditanamkan ke rahim wanita, tanpa membutuhkan adanya sperma lagi.
Mengapa Perlu Melakukan Pembekuan Embrio?
Pembekuan embrio merupakan salah satu bagian dari prosedur bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF). Prosedur ini tidak disarankan untuk dilakukan semua orang.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan orang perlu melakukan embryo freezing, yaitu:
1. Rencana Cadangan Jika Proses Bayi Tabung Gagal
Prosedur bayi tabung masih mempunyai peluang kegagalan, walau telah menggunakan peralatan canggih dan dukungan dokter berpengalaman.
Dengan menyimpan cadangan embrio beku, pasangan jadi memiliki rencana cadangan jika program bayi tabung yang mereka jalani gagal.
Hal ini membuat biaya untuk melakukan program bayi tabung selanjutnya tidak sebesar biaya program yang pertama. Selain itu, waktu yang dibutuhkan juga jadi lebih singkat.
2. Ingin Menunda Kehamilan
Alasan lain mengapa melakukan prosedur ini yaitu pasien wanita belum siap hamil, di saat embrio sudah siap.
Dokter bisa menyelamatkan embrio yang sudah berkembang ini dengan membekukannya. Prosedur ini akan menjaga kualitas embrio hingga pasien siap hamil.
3. Tidak Memungkinkan Menjalani Transfer Embrio
Terkadang terdapat faktor lain yang membuat pasien wanita terkait tidak memungkinkan menjalani transfer embrio.
Umumnya hal ini dikarenakan pasien wanita mengalami sindrom hiperstimulasi ovarium yang disebabkan oleh obat kesuburan.
Kondisi ini membuat embrio belum bisa ditransfer ke dalam rahim. Jika dipaksakan, maka dampaknya akan cukup serius, seperti menyebabkan kemandulan bahkan kematian.
Jika Anda atau pasangan mengalami sindrom ini, dokter biasanya akan menyarankan untuk membekukan embrio tersebut terlebih dahulu.
4. Menyimpan Embrio Ekstra
Ketika menjalankan prosedur IVF, ada kemungkinan kalau embrio yang dihasilkan akan lebih dari satu.
Meskipun ada banyak embrio, namun tidak semua embrio akan ditransfer ke rahim. Oleh karena itu, akan ada sisa embrio yang tidak digunakan.
Solusinya, embrio tersebut akan dibekukan dalam cairan nitrogen, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Nantinya, ketika pasangan berencana mempunyai momongan lagi, embrio yang dibekukan bisa dicairkan untuk digunakan.
Embrio ekstra ini juga berguna sebagai cadangan apabila percobaan transfer embrio pertama tidak berhasil.
5. Hendak Melakukan Tes Genetik PGT
Beberapa orang mungkin ingin melakukan tes genetik pada embrio yang ada, seperti preimplantation genetic testing (PGT).
Proses tes genetik ini memakan waktu yang cukup lama. Supaya sel-sel dan kualitas embrio tetap terjaga, dokter akan menyarankan untuk membekukannya sementara.
Dengan begitu, embrio tidak mengalami kerusakan sel nantinya. Setelah tes selesai dilakukan, selanjutnya embrio bisa dicairkan dan ditanamkan ke rahim.
Baca Juga: Mengenal Preimplantation Genetic Testing (PGT) untuk IVF
Persiapan Pembekuan Embrio yang Perlu Dilakukan
Untuk bisa menjalani prosedur embryo freezing, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan, seperti:
- Mempertimbangkan biaya pembekuan embrio dan tingkat keberhasilannya dengan pasangan.
- Adakan janji temu dengan dokter untuk menanyakan tentang risiko dari prosedur ini sesuai kesehatan diri.
- Mencari tahu tempat pelayanan kesehatan yang menerima layanan ini.
- Pilih tempat pelayanan kesehatan yang bereputasi baik.
- Menjalani pemeriksaan kesehatan untuk memastikan apakah Anda bisa menerima prosedur ini.
- Sampaikan kepada dokter jika ada penyakit tertentu.
Prosedur Pembekuan Emrbio
Prosedur ini dijalankan melalui beberapa langkah kompleks. Untuk itu, penting memilih dokter yang berkualitas supaya prosedur ini berjalan dengan lancar.
Berikut adalah proses dari awal sampai pembekuan dilakukan:
1. Pengambilan dan Pemeriksaan Sel Telur
Pasien wanita akan mendapatkan suntikan hormon agar sel telur bisa berkembang dengan maksimal di dalam indung telur.
Jika sel telur sudah matang, sel telur akan diambil dengan bantuan bius ringan.
2. Pembuahan Sel Telur
Setelah berhasil mendapatkan sel telur, berikutnya sel ini akan dibuahi oleh sperma dari pasangan. Proses ini dilakukan sepenuhnya di laboratorium.
Jika proses pembuahan ini berhasil, maka embrio akan terbentuk.
3. Pemeriksaan Genetik
Tahap ini adalah tahap tambahan dan tidak semua orang perlu melakukan pemeriksaan ini.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah preimplantation genetic testing yang berfungsi untuk mendeteksi adanya kelainan pada genetik embrio.
Umumnya, pasien yang disarankan menjalani prosedur ini adalah yang memiliki risiko menurunkan penyakit genetik ke anak.
Dengan begitu, dokter bisa memilih embrio yang sehat dan memiliki risiko paling rendah untuk mengalami kelainan genetik.
4. Proses Pembekuan Embrio
Inilah tahapan yang paling penting ketika embrio sudah lolos pemeriksaan genetik. Embrio yang berkualitas akan menjalani proses kriopreservasi.
Pada proses ini, kandungan air yang terdapat di dalam sel embrio akan dihilangkan terlebih dulu. Air tersebut digantikan dengan zat khusus bernama krioprotektan.
Setelah itu, embrio akan diawetkan tanpa memicu kemunculan kristal es. Terakhir, embrio disimpan di dalam nitrogen cair.
Baca Juga: Prosedur IVF Lengkap, Persiapan sampai Kehamilan
Efek Samping Pembekuan Embrio
Secara umum, embrio yang dibekukan tidak menimbulkan efek samping. Namun, tetap ada risiko yang mungkin saja terjadi pada embrio yang ditanamkan di rahim setelah dibekukan.
Berikut beberapa di antaranya:
- Tingkat kelahiran bayi prematur lebih tinggi.
- Berat badan bayi lahir rendah.
- Pertumbuhan janin yang terhambat.
- Kerusakan sel-sel embrio selama pembekuan.
- Potensi kegagalan hamil.
- Memunculkan risiko masalah kehamilan, seperti spektrum plasenta akreta atau preeklampsia.
Itulah pembahasan tentang pembekuan sel telur, mulai dari pengertian, alasan perlu dilakukan, prosedur, hingga efek sampingnya.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan sesuai dengan kondisi Anda, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter.
Jika Anda tertarik dengan pembahasan dr. Ivan Sini seputar kesuburan dan kehamilan lebih lanjut, jangan lupa cek artikel lainnya serta follow dan subscribe TikTok, Instagram dan Youtube dr. Ivan Sini ya!