Pada tahun 2008, WHO menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif adalah ASI menjadi satu-satunya sumber makanan bagi bayi, tanpa ada makanan atau cairan lain yang diberikan, kecuali vitamin, mineral, dan obat. Pemberian ASI eksklusif di awal kehidupan seorang bayi sangatlah krusial.
Pentingnya dari pemberian ASI eksklusif terlihat dari timbulnya gejala-gejala penyakit pada bayi, seperti infeksi saluran napas atas, diare, malnutrisi, dan gejala lainnya yang dapat berakhir dengan kematian.
Diare adalah salah satu gejala yang membunuh banyak anak-anak tiap tahunnya di dunia. Setiap tahunnya anak-anak di dunia dapat mengalami sekitar 2-3 kali setiap tahunnya. Diare adalah salah satu gejala utama yang menandakan adanya kemungkinan pola asuh yang kurang benar, sehingga menyebabkan terjadinya infeksi organisme atau pun malnutrisi, yang berujung pada diare. Infeksi maupun malnutrisi pada bayi seringkali menunjukkan gejala yang umum pada bayi yang kurang mendapat asupan nutrisi yang cukup, terutama ASI.
ASI sangatlah penting bagi bayi di 6 bulan pertama, karena di dalam dalam ASI terkandung antibodi yang memberikan imunitas bagi bayi yang baru lahir. Dengan berkurangnya konsumsi ASI, maka infeksi dari bakteri dan organisme menjadi mudah terjadi, seperti Vibrio cholera, Eschericia coli, Shigella dysentriae, dan juga sebagainya.
Banyak bakteri ini yang memengaruhi nafsu makan, sehingga asupan nutrisi berkurang. Kurangnya nutrisi pada gilirannya, akan menyebabkan malnutrisi, yang makin memperburuk sistem imunitas tubuh terhadap penyakit, yang akan memperparah infeksi. Sehingga, konsumsi ASI eksklusif di awal-awal kehidupan dari seorang bayi sangatlah penting.
Angka kematian bayi akibat diare tertinggi terjadi di kelompok bayi yang tidak diberi ASI dan juga bayi yang diberi makanan pendamping berenergi pada usia yang tidak sesuai. Pemberian makanan pendamping yang terkontaminasi merupakan sumber utama dari banyak pathogen gastrointestinal yang akan menyebabkan infeksi.
Gejala lainnya yang sering muncul pada bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Arifeen dkk (2001) ditemukan bahwa ada kenaikan angka risiko kematian sebesar 2,5 kali akibat ISPA apabila bayi tidak diberi ASI atau diberi ASI yang didampingi makanan tambahan. Dalam pengamatan, penjelasan yang paling mungkin untuk fenomena ini adalah bahwa ASI eksklusif memiliki bahan anti-infektif dan juga nutrisi nagi bayi. Hal ini juga berlaku pada risiko kematian akibat diare.
Dari penjelasan di atas, pemberian ASI eksklusif pada bayi segera setelah lahir sangatlah penting, terutama di masa-masa saat bayi rentan terhadap infeksi penyakit dan malnutrisi untuk mencegah gejala-gejala yang dapat mematikan tadi.
Pesan pemberian ASI eksklusif yang perlu dilakukan berupa pemberian ASI secara langsung setelah bayi lahir, pemberian ASI secara eksklusif dalam enam bulan pertama kehidupan bayi, dan pemberian ASI pada pagi dan malam, setidaknya delapan kali dalam 24 jam. Komunikasi juga diarahkan kepada keluarga bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif, untuk menerangkan sedikitnya manfaat yang diberi kepada bayi dan efek samping yang mungkin terjadi pada bayi.
Promosi pemberian ASI eksklusif yang diberikan secara intensif ini dilakukan untuk terus mengulangi pesan bahwa pemberian ASI eksklusif sangat krusial di awal-awal kehidupan bayi dan agar durasi pemberian ASI secara eksklusif diberikan dengan tepat, yaitu pada enam bulan pertama kehidupan bayi, tanpa adanya makanan pendamping yang terkontaminasi.
Selain itu, promosi ini juga bertujuan agar kebijakan pemerintah setempat dalam program kesehatan bayi dapat berjalan dengan konsisten dan berkelanjutan, meskipun banya terjadi masalah kesehatan, seperti gizi buruk dan tingkat pendidikan rendah di daerah tersebut.
Dengan demikian, kesehatan bayi pun dapat lebih terjamin, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian dari gejala yang dapat mematikan bayi, seperti diare dan ISPA.