Kehamilan dapat terjadi jika sel telur dibuahi oleh sel sperma. Sehingga sel sperma merupakan salah satu faktor penting yang dapat membuat wanita hamil. Kualitas sperma yang dihasilkan juga mempengaruhi proses kehamilan seseorang. Namun, bagaimana jika cairan sperma yang dihasilkan oleh pria tidak berisi sel sperma atau dengan kata lain sang pria tidak memiliki sel sperma di dalam air maninya. Hal ini merupakan jenis kelainan yang dialami oleh seorang pria, yakni Azoospermia.
Azoospermia adalah kondisi dimana sel sperma tidak ditemukan dalam cairan semen / air mani yang dihasilkan oleh seorang pria. Secara kasat mata, cairan semen yang dihasilkan oleh penderita azoospermia sama seperti cairan semen yang dihasilkan oleh non-azoospermia. Akan tetapi jika diteliti dengan jelas, maka cairan semen dari penderita azoospermia tidak mengandung sel sperma seperti yang seharusnya. Azoospermia seringkali dianggap sebagai faktor kemandulan dari pria, karena pasangan dengan suami yang menderita azoospermia sulit untuk mendapatkan buah hati.
Kondisi azoospermia bisa terjadi karena dua hal, yakni adanya ganguan pada proses menghasilkan sel sperma (non obstruktif azoospermia), atau karena adanya penyumbatan pada saluran keluarnya sperma (obstruktif azoospermia). Gangguan atau masalah pada proses produksi sperma (non obstruktif azoospermia) bisa diakibatkan oleh beberapa hal, seperti masalah hormonal, genetik, gaya hidup tidak sehat (merokok, alcohol, penggunaan obat terlarang, dsb.), kegagalan testis, serta varicocele (varises pada organ vital pria). Penyebab azoospermia obstruktif adalah kelainan kongenital (tidak adanya saluran vas deferens, sumbatan pada saluran epidydimis) atau kelainan yang didapat (karena infeksi, vasektomi dan disebabkan tindakan medis pada saluran reproduksi seperti operasi penurunan testis / orchidopexy , operasi hernia / herniotomy).
Diagnosis azoospermia perlu dilakukan guna mengetahui penyebab dan jenis dari azoospermia yang dialami. Diagnosis azoospermia dapat dilakukan melalui beberapa cara, yakni;
- Pemeriksaan fisik
- Tes hormon (FSH, LH dan Testosteron)
- Biopsy (mengambil sampel testis)
Penderita azoospermia memang akan kesulitan untuk mendapatkan keturunan, akan tetapi kondisi azoospermia dapat ditangani, sehingga dapat menghasilkan sel sperma. Selain itu tujuan dari pengobatan juga dimaksudkan agar penderita azoospermia berpotensi memiliki anak. Pengobatan yang dapat dilakukan disesuaikan dengan penyebabnya di antaranya adalah:
- Dengan menggunakan obat, antibiotic guna mengobati infeksi pada sistem reproduksi, serta pengobatan hormon untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon yang terjadi.
- Percutaneous embolization, prosedur ini digunakan untuk mengobati varicocele. Sebuah obstruksi (penyumbatan) dibuat dalam pembuluh darah yang membesar. Ini akan menghentikan aliran darah dan mengobati varicocele.
- Ekstrasi sperma (TESA / PESA), prosedur untuk menghilangkan sperma dari testis atau epididimis jika tersumbat. Sperma yang telah diambil dapat disimpan atau digunakan untuk membuahi sel telur wanita melalui program bayi tabung / IVF. Tingkat keberhasilan pengambilan sperma sekitar 25 – 65% tergantung dari klinik-klinik fertilitas tersebut.
- Operasi, mungkin perlu dilakukan untuk menghilangkan varikokel atau memperbaiki vas deferens yang diblokir / tersumbat.
Jika masih dirasa ragu apakah anda menderita azoospermia atau tidak, melakukan konsultasi dengan dokter sangat disarankan. Hal itu guna mendapatkan informasi yang jelas dan tepat.
Written by : dr. Ivan Sini, SpOG