Kehamilan Tidak Normal dan Cara Menanganinya

Kehamilan Tidak Normal dan Cara Menanganinya

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi menempel dan tumbuh di tempat yang tidak normal, yakni rahim. Kebanyakan 95 – 98% dari kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur tumbuh di tuba falopi (saluran telur), sehingga terkadang disebut sebagai kehamilan tuba.

Selain itu, kehamilan ektopik juga bisa terjadi di daerah perbatasan rahim dengan saluran telur dan juga pada daerah mulut rahim, pada indung telur, atau dapat pula di rongga perut.

Dalam kasus tertentu bisa juga terjadi kehamilan kombinasi, yaitu dimana terjadi dua kehamilan, dimana kehamilan yang satu adalah kehamilan normal dan kehamilan satunya adalah kehamilan ektopik, namun kondisi seperti ini amat jarang terjadi.

Kehamilan ektopik terjadi terutama akibat gangguan transportasi sel telur yang telah di buahi dari saluran telur ke rongga rahim, selain akibat kelainan sel telur itu sendiri yang menyebabkan terjadinya implan di saluran telur atau tempat lainnya. Faktor risiko terjadinya kehamilan ektopik adalah sebagai berikut:
1. Gangguan transportasi:
– Radang panggul
– Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
– Penyempitan rongga saluran telur akibat tumor pasca tindakan operasi pada saluran telur

2. Kelainan hormon:
– Induksi Ovulasi
– IVF ( bayi tabung )
– Ovulasi yang terlambat dan transmigrasi sel telur yang terlambat

3. Penyebab yang masih diperdebatkan:
– Endometriosis
– Cacat bawaan
– Kelainan kromosom
– Kualitas sperma yang bermasalah

Bicara mengenai gejala, kehamilan ektopik memiliki gejala yang sangat bervariasi. Pada kehamilan ektopik yang belum terganggu akan terdapat gejala-gejala seperti kehamilan normal, yaitu telat haid, mual muntah dan lainnya. Saat dokter melakukan pemeriksaan didapatkan rahim membesar dan adanya massa di daerah adneksa (jaringan di sekitar rahim).
Tiga gejala klasik yang sering didapatkan pada kehamilan ektopik, yakni:
– Telat haid
– Perdarahan
– Nyeri perut

Bila kehamilan ektopik mulai mengalami gangguan, maka selain gejala-gejala yang tadi sudah disebutkan di atas, akan diikuti oleh gejala akut abdomen akibat pecahnya kehamilan ektopik dan gangguan hemodinamik (sirkulasi dalam tubuh) akibat terjadinya perdarahan di dalam rongga perut.

Penatalaksanaan untuk kehamilan ektopik dibedakan dari kondisi kehamilan ektopik tersebut. Bila belum terdapat gangguan dapat dilakukan observasi, penggunaan obat-obatan sampai tindakan operatif. Namun bila sudah terjadi kehamilan ektopik yang dianggap mengganggu maka terpaksa dilakukan tindakan operatif.

Tindakan operatif yang ideal saat ini adalah laparoskopi yang saat ini bisa dilakukan di RSIA Bunda Menteng , karena tindakan laparoskopi ini merupakan tindakan bedah minimal invasif sehingga memiliki keuntungan-keuntungan dibandingkan laparotomi, di antaranya mengurangi risiko perdarahan, mengurangi nyeri karena luka yang lebih kecil, mengurangi waktu rawat inap, dll. Namun bila tidak memungkinkan bisa dilakukan laparotomi.

Untuk tindakan pencegahan kehamilan ektopik sedini mungkin, ibu hamil sangat diwajibkan untuk terus memeriksakan kondisi kehamilannya secara rutin.

Written By : dr. Caroline Hutomo, SpOG

Recent Posts

Perbincangan mengenai saran pengobatan GERD tanpa obat

Tips untuk Mengatasi GERD Tanpa Obat-obatan

Pada artikel-artikel sebelumnya, kita sudah banyak membahas tentang gastroesophageal reflux disease (GERD). Gangguan pencernaan ini menyebabkan gejala yang tidak nyaman seperti mual hingga sensasi panas di kerongkongan. Kali ini, dr.…
Read more >
Tips Menghidari Serangan GERD

Tips Mencegah Serangan GERD Kambuh

Pada artikel sebelumnya, kita sudah banyak membahas tentang pengalaman pasien GERD, penyebab hingga gejalanya. Kali ini, kita akan membahas tentang apa saja tips untuk mencegah serangan GERD kambuh berdasarkan pengalaman…
Read more >
Bagaimana Cara Melakukan Diagnosis Penyakit GERD?

Bagaimana Cara Melakukan Diagnosis Penyakit GERD?

Dari artikel-artikel sebelumnya, kita sudah membahas banyak mengenai GERD, mulai dari gejala awal, penyebab, hingga pengalaman dari pasien yang sudah lama mengalami GERD. Pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang harus dilakukan…
Read more >