Sampai saat ini, memiliki anak masih dipandang sebagai suatu kewajiban bagi setiap pasangan yang sudah menikah. Hal ini tidak jarang membuat banyak pasangan seringkali menjadi terburu – buru untuk segera memiliki anak. Akan tetapi, tidak sedikit juga pasangan – pasangan yang telah lama menikah namun belum juga memiliki anak. Kasus seperti ini seringkali dianggap kalau salah satu pihak mengalami kemandulan. Pada kenyataannya, tidak semua kasus sulit memiliki anak merupakan akibat dari kemandulan salah satu pihak saja.
Infertilitas atau ketidaksuburan tidak jarang membuat para pasangan menjadi tidak percaya diri, malu, bahkan depresi, baik terhadap pasangan sendiri, keluarga inti, maupun di lingkungan teman – teman. Infertilitas merupakan suatu tantangan dalam sebuah pernikahan dan dalam perjalanan memperoleh keturunan bagi para pasangan. Untuk itu diperlukan dukungan yang kuat baik dari pasangan, keluarga, maupun lingkungan sosial dalam melewati masa – masa infertilitas ini.
Jika kedua belah pihak telah menyadari bahwa terdapat hal yang tidak beres dalam masalah kesuburan mereka, penting bagi kedua belah pihak untuk tetap saling berpikir positif bahwa mereka tetap bisa memiliki keturunan. Sikap saling mendukung satu sama lainnya juga sangat penting untuk diterapkan agar tidak menjadi beban pikiran yang bisa menyebabkan stress dan memperburuk kondisi infertilitas.
Bentuk dukungan yang bisa dilakukan sebagai contoh adalah mencari informasi seputar infertilitas, bersama – sama berkonsultasi dengan dokter yang dipercaya. Adanya sikap saling mendukung selain dapat meringankan beban pikiran sekaligus juga dapat mempererat hubungan antar suami istri.
Bentuk dukungan tidak hanya sebatas berasal dari pasangan saja, akan tetapi dukungan dari keluarga juga hal yang sangat penting. Sebaiknya anggota keluarga juga harus mampu menjaga komunikasi yang baik dan positif terhadap anak atau saudara mereka yang mengalami infertilitas.
Para orangtua juga disarankan untuk tidak mendesak atau menyinggung seputar kehamilan kepada sang anak, karena hal tersebut dapat membuat beban pikiran sang anak menjadi bertambah dan bisa membuat stress. Penelitian menunjukkan wanita yang mengalami beban pikiran dapat menurunkan kemampuan untuk hamil sebesar 12%.
Lingkungan sosial juga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada kerabat mereka yang mengalami infertilitas. Hal ini dikarenakan lingkungan sosial berhubungan langsung dengan kehidupan mereka sehari – hari, baik teman kantor, tetangga, teman grup, atau lainnya. Alangkah baiknya jika bisa menjaga perasaan dan terus memberikan semangat serta dukungan untuk tetap berpikir positif.
Memberikan informasi – informasi seputar infertilitas dan penanganannya, mengingatkannya untuk menerapkan gaya hidup sehat, memberikan informasi mengenai klinik yang mampu menangani masalah infertilitas, serta memberikan semangat dan dukungan – dukungan yang positif.
Tidak hanya dukungan dari eksternal saja, melainkan yang menjadi hal terpenting adalah bagaimana diri sendiri menyikapi kondisi infertilitas tersebut. Tidak menjadikannya sebagai beban pikiran, selalu berpikir positif, mau jujur dan terbuka pada pasangan dan keluarga, serta tetap menjaga pola hidup sehat dapat membantu mengurangi masalah