Infeksi toksoplasma disebabkan oleh jenis protozoa parasit bernama Toxoplasma gondii. Mikroorganisme ini telah tersebar ke berbagai lokasi di dunia pada hewan dan manusia, termasuk Indonesia. Infeksi mikroorganisme ini menyebabkan masalah kesehatan kehamilan yang cukup besar, di antaranya meningkatkan risiko persalinan prematur sebanyak empat kali, dan dapat menyebabkan cacat bawaan yang signifikan pada janin.
Toksoplasma berkembangbiak di dalam inang utamanya, yaitu kucing. Di dalam sel usus seekor kucing yang telah terinfeksi, akan dihasilkan ookista, suatu badan yang mengandung sel benih, bernama sporozoit, untuk menghasilkan generasi baru mikroorganisme ini. Syaratnya adalah sporozoit harus masuk ke sebuah inang perantara, berkembang di sana, lalu harus kembali lagi ke inang uatamanya, yaitu kucing.
Ookista yang dihasilkan di usus kucing akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Bila ookista tertelan oleh inang perantara, seperti burung atau tikus, maka ookista akan berkembang melalui beberapa tahap, lalu membentuk kista jaringan. Bila burung atau tikus ini dimangsa oleh kucing, maka kista jaringan akan melepaskan bradizoit, pada saat di usus. Sebagian dari bradizoit akan berkembang menjadi trofozoit, yang akan memperbanyak diri dengan membelah diri. Sebagian bradizoit akan berkembang menjadi sel gamet jantan dan betina, yang akan berkembangbiak, menghasilkan ookista kembali, dan daur hidup toksoplasma pun terulang.
Ookista dapat termakan oleh manusia melalui makanan yang dihinggapi lalat atau lipas, yang sebelumnya mengalami kontak dengan kotoran kucing. Toksoplasma juga dapat masuk ke dalam tubuh, bila daging burung atau tikus dimakan dalam keadaan mentah atau setengah matang.
Ibu hamil yang tertular toksoplasma memiliki gejala yang kurang spesifik, seperti demam, lesu, nyeri otot, ruam, pembesaran kelenjar getah bening di leher, dengan riwayat kontak dengan kucing.
Sebagian besar janin yang terinfeksi toksoplasma selama kehamilan tidak menunjukkan tanda dan gejala yang jelas, tetapi dalam beberapa kasus memberikan dampak kesehatan, seperti:
– berat bayi lahir rendah (BBLR), pembesaran hati dan limpa, penyakit kuning, anemia
– kelainan saraf: pengapuran intracranial, hidrosefalus, mikrosefalus
– triad klasik yang umum adalah: korioretinitis, pengapuran intracranial, hidrosefalus
Ada pengobatan yang dapat diresepi dokter untuk menurunkan risiko penularan toksoplasma. Akan tetapi, ada langkah-langkah pencegahan yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memutus rantai penularan toksoplasma dan menurunkan angka kesakitan, baik pada ibu hamil maupun janin, seperti:
-Memasak daging dengan suhu yang aman
-Mengupas dan mencuci bersih buah dan sayur
-Membersihkan permukaan dan alat memasak yang mengandung daging mentah, telur, makanan laut , buah dan sayuran yang belum dicuci
-Menggunakan sarung tangan ketika membersihkan kotoran kucing
-Menghindari memberi makan kucing dengan daging mentah atau setengah matang
-Menjaga agar kucing tidak masuk kedalam rumah
Langkah-langkah pencegahan sederhana ini bila dilakukan, dapat menurunkan angka kesakitan, kecacatan fisik, dan biaya pengobatan yang tidak diperlukan. Dan perlu diingat juga, organ lain selain usus yang menjadi tempat tinggal dari toksoplasma adalah otak, dan dapat mempengaruhi perkembangan otak pada janin.