Dalam program bayi tabung, sperma dan sel telur akan dipertemukan di laboratorium sehingga pembuahan dapat terjadi di luar tubuh. Setelah embrio terbentuk, program bayi tabung akan dilanjutkan dengan memasukkan embrio ini ke dalam rahim ibu atau sering disebut transfer embrio.
Apa yang dimaksud dengan transfer embrio? Apa saja jenisnya? Bagaimana prosedurnya?
Yuk langsung saja kita bahas!
Baca Juga: Mengenal Teknologi Reproduksi Berbantu dan Jenisnya
Apa itu Transfer Embrio?
Dilansir dari Emory University School of Medicine, transfer embrio adalah prosedur penanaman sel telur yang sudah dibuahi sperma (embrio) ke dalam rahim wanita.
Transfer embrio merupakan langkah terakhir dalam proses bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF). Setelah fertilisasi telur dengan sperma dilakukan di laboratorium, embrio yang berkembang akan ditempatkan kembali ke rahim ibu yang menjalani IVF.
Prosedur ini biasanya dilakukan 2-5 hari setelah pembuahan. Dokter menggunakan kateter khusus untuk memasukkan embrio ke dalam rahim. Langkah ini memungkinkan embrio untuk menempel atau menanamkan diri ke dalam dinding rahim sehingga dapat berkembang menjadi bayi dengan sehat.
Dalam melakukan transfer embrio, ada dua metode yang umumnya digunakan, yaitu embryo transfer (ET) dan frozen embryo transfer (FET).
Apa Bedanya Embryo Transfer dan Frozen Embryo Transfer?
Embryo transfer sering disebut juga sebagai fresh transfer. Pada metode ini, embrio akan ditransfer langsung pada siklus yang sama, atau tiga hingga lima hari setelah pembuahan terjadi. Dengan demikian pembekuan embrio tidak perlu dilakukan.
Metode yang kedua adalah frozen embryo transfer atau transfer embrio beku. Pada metode ini, embrio yang akan ditransfer adalah embrio yang sudah dibekukan sebelumnya.
Pada proses bayi tabung, sel telur dan sperma yang diambil dari pasangan orang tua tidak hanya satu. Dengan demikian, ada beberapa proses pembuahan yang terjadi di laboratorium dan menghasilkan beberapa embrio.
Umumnya tidak semua embrio yang terbentuk akan ditransfer ke rahim ibu, melainkan hanya satu atau beberapa saja. Embrio yang tersisa ini dapat dibekukan dengan prosedur embryo freezing untuk disimpan dan digunakan di masa depan.
Tingkat keberhasilan IVF tidaklah 100%, oleh karenanya ada postensi kegagalan yang dapat terjadi. Jika program bayi tabung gagal pada siklus yang pertama, pasangan dapat menggunakan embrio beku ini dengan melakukan frozen embryo transfer.
Embrio dari siklus IVF sebelumnya dapat disimpan dan dibekukan untuk jangka waktu tidak terbatas. Oleh karena itu, banyak calon orang tua yang memilih untuk membekukan sisa embrio dalam program bayi tabung.
Frozen embryo transfer banyak dilakukan karena memungkinkan dilakukannya pengujian genetik pada embrio sebelum implantasi yang disebut Preimplantation Genetic Testing (PGT). Dengan pemeriksaan PGT, tingkat keberhasilan IVF jadi lebih tinggi dan meminimalkan kemungkinan cacat genetik dan keguguran.
Meskipun dilakukan dengan cara yang berbeda, namun tingkat keberhasilan kedua metode tersebut tidak berbeda jauh.
Jenis-jenis Transfer Embrio
Ada beberapa jenis transfer embrio yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pasien. Jenis-jenis ini dapat dibedakan berdasarkan dari usia embrio maupun dari jumlah embrionya.
Berdasarkan Usia Embrio
Berikut jenis transfer embrio berdasarkan usia embrio:
1. Transfer Embrio Konvensional – Hari ke-3
Pada tahap ini, embrio biasanya berada pada tahap pembelahan stadium 2 hingga 3 sel. Transfer dilakukan pada hari kedua atau ketiga setelah fertilisasi. Jenis ini cocok untuk embrio yang berkembang dengan baik pada tahap awal.
2. Transfer Embrio Blastokista – Hari ke-5
Transfer embrio blastokista adalah jenis transfer yang paling umum dilakukan. Pada jenis ini, embrio akan dibiarkan berkembang hingga mencapai stadium blastokista, di mana embrio sudah memiliki sekitar 60-120 sel.
Transfer jenis ini biasanya dilakukan pada hari ke-5 setelah fertilisasi. Embrio pada tahap ini dianggap memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik.
Berdasarkan Jumlah Embrio
Selain itu, prosedur ini juga dapat dibedakan berdasarkan jumlah embrio yang ditransfer. Berikut penjelasannya:
1. Transfer Embrio Tunggal
Transfer embrio tunggal atau disebut juga single embryo transfer (SET) merupakan prosedur untuk mentransfer hanya satu embrio saja ke dalam rahim wanita dalam satu siklus. Cara ini bisa mengurangi risiko kehamilan kembar dan dianggap metode yang paling umum dilakukan dalam program bayi tabung.
2. Transfer Embrio Multiple
Kebalikan dari SET, proses ini dilakukan dengan melakukan transfer beberapa embrio sekaligus. Cara dapat dilakukan pada kasus khusus yang memiliki kondisi tertentu.
Baca Juga: Inseminasi Buatan/Intrauterin (IUI): Penjelasan Lengkap
Beberapa Alasan Dilakukannya Transfer Embrio
Transfer embrio perlu dilakukan ketika ada masalah kesuburan/fertilitas sehingga kehamilan sulit terjadi secara alami. Oleh karenanya, pasangan memerlukan prosedur ini sebagai bagian dari program bayi tabung.
Berikut beberapa penyebab dan alasan transfer embrio perlu dilakukan:
1. Gangguan fertilitas: Pasangan yang mengalami kesulitan hamil karena faktor medis seperti masalah pada kualitas sperma maupun sel telur, gangguan ovulasi, gangguan tuba falopi, endometriosis, hingga kelainan genetik yang mempengaruhi kesuburan.
2. Faktor Usia: Wanita yang usianya lebih dari 35 tahun cenderung mengalami penurunan kualitas telur sehingga terkadang sulit terjadi kehamilan. Prosedur seperti ini dapat membantu meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan.
3. Gangguan Implantasi: Beberapa pasangan mengalami kesulitan karena embrio tidak dapat menanamkan diri dengan baik di rahim. Masalah ini umumnya disebabkan oleh fibroid rahim. Transfer embrio dapat membantu dengan menempatkan embrio di tempat yang lebih optimal.
4. Keguguran Berulang: Pasangan yang mengalami keguguran berulang mungkin memerlukan proses ini untuk meningkatkan peluang kelahiran bayi yang sehat.
Prosedur Pelaksanaan Transfer Embrio
Dalam prosesnya, terdapat beberapa tahapan yang biasanya perlu dijalani oleh pasangan yang melakukan IVF. Mulai dari tahap persiapan, proses transfer, hingga pasca transfer untuk melihat keberhasilannya.
Berikut tahapan prosedurnya:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, dokter dan pasien akan sama-sama melakukan persiapan terpisah. Dokter perlu mempersiapkan embrio yang akan digunakan. Sedangkan pasien wanita harus bersiap agar proses transfer bisa dilaksanakan.
- Dokter: melakukan USG (ultrasonografi) transvaginal untuk melihat posisi dan kesiapan rahim pasien. Kemudian menempatkan embrio ke kateter khusus yang digunakan untuk melakukan transfer. Embrio dipilih berdasarkan jumlah sel dan perkembangannya.
- Pasien Wanita: diminta untuk minum untuk mengisi kandung kemih agar dokter lebih mudah melakukan transfer embrio. Kemudian diminta berbaring di tempat pemeriksaan dokter.
2. Proses Transfer
Pada tahap ini dokter akan memasukkan kateter khusus yang berisi embrio tadi ke dalam rahim pasien ibu tersebut. Pasien biasanya tidak dibius dan kateter dimasukkan melalui vagina langsung ke rahim. Biasanya dokter akan melakukan USG lagi untuk memastikan embrio tersebut telah aman berada di rahim.
Setelah proses transfer selesai, kateter akan dikeluarkan lagi secara perlahan. Seluruh prosedur tidak memerlukan pembiusan (anestesi) karena tidak melakukan pembedahan. Prosedur ini hanya memakan waktu beberapa menit dan yang dirasakan persis seperti pemeriksaan “pap smear”.
3. Tahap Pasca Transfer
Setelah proses transfer selesai, biasanya pasien akan diminta tetap berbaring tenang selama sekitar 30 menit atau satu jam. Tujuannya adalah agar embrio bisa menempel di dinding rahim. Kemudian pasien diizinkan pipis setelah melewati masa berbaring ini.
Baca Juga: Apa Itu Metode ICSI dan IMSI dalam Bayi Tabung?
Perawatan Pasca Transfer Embrio
Perawatan pasca prosedur transfer sangat penting untuk meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan dan menjaga kesejahteraan ibu. Berikut adalah beberapa perawatan pasca transfer yang umumnya dianjurkan:
1. Istirahat Singkat
Pasca transfer, disarankan untuk beristirahat ringan di rumah selama dua hingga tiga hari, terutama jika ada beberapa embrio yang ditransfer. Diharapkan implantasi sudah terjadi pada 72 jam setelah transfer. Jadi aktivitas ibu bisa dibatasi selama proses ini berlangsung untuk memperbesar keberhasilan.
2. Hindari Aktivitas Tertentu
Agar tidak mengganggu proses implantasi, ibu akan diminta untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang berat, juga olahraga yang intens. Selain itu juga menghindari berhubungan seksual dan mandi berendam selama beberapa hari tersebut
3. Menjaga Kesehatan Ibu
Dokter biasanya akan memberikan vitamin atau obat-obatan yang diharapkan bisa mendukung keberhasilan implantasi. Namun ibu juga akan disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi, juga menjaga kesehatan mentalnya dengan menghindari stres dan tetap berpikiran positif.
4. Konsultasi dengan Dokter
Biasanya dokter akan memberikan jadwal kunjungan untuk memantau perkembangan embrio. Tes kehamilan biasanya dilakukan pada hari ke-12 hingga ke-17 setelah prosedur transfer.
Baca Juga: Apa Itu Metode ICSI dan IMSI dalam Bayi Tabung?
Hal yang Sering Ditanyakan terkait Embryo Transfer dalam IVF
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang kerap muncul terkait dengan prosedur IVF dan transfer embrio. Seperti berikut ini:
1. Bagaimana dengan embrio yang tidak terpakai dalam prosedur?
Ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan. Ada yang disimpan terus dalam kondisi beku (krioperservasi) agar bisa digunakan lagi. Alternatif lain adalah didonorkan baik untuk pasangan suami istri lain atau untuk penelitian.
Namun banyak juga yang tidak ingin melakukan alternatif di atas setelah berhasil memiliki anak. Sehingga dapat minta dihancurkan dengan melalui prosedur medis yang aman dan dengan pedoman etika yang sudah diatur.
2. Berapa banyak jumlah embrio yang ditransfer dalam satu prosedur?
Hal ini akan tergantung dari kondisi medis ibu dan kebijakan dokter. Standar yang umum adalah satu embrio, atau terkadang dua. Namun untuk menghindari kehamilan kembar, biasanya hanya satu embrio saja yang ditransfer.
3. Apa risiko dari prosedur ini?
Terkadang terapi hormon yang diberikan bisa mengakibatkan terbentuknya gumpalan darah yang bisa menyumbat pembuluh darah. Atau embrio bisa hilang saat transfer. Risiko terbesar adalah gagalnya implantasi sehingga tidak terjadi kehamilan.
Melakukan transfer embrio memang langkah penting dalam program IVF. Namun kondisi medis dan kesehatan calon ayam dan ibu juga sangat mempengaruhi. Berkonsultasilah dengan dokter yang ahli dibidang ini agar bisa mendapatkan wawasan luas mengenai prosedur ini.
Jika Anda tertarik dengan pembahasan dr. Ivan Sini seputar kesuburan dan kehamilan lebih lanjut, jangan lupa cek artikel lainnya serta follow dan subscribe TikTok, Instagram dan Youtube dr. Ivan Sini ya!
Sumber:
Emory University School of Medicine, diakses pada Oktober 2023, Embryo Transfer
Medical News Today, diakses pada Oktober 2023, What to know about embryo transfers